Wednesday, May 2, 2012

BAJU SEHARGA SERIBU PERAK


Beberapa pekan yg lalu, dipagi hari yg entah cerah entah pula mendung, kami sekeluarga baru saja bangun tidur dan masih bermalas-malasan di sekitar tempat tidur. Aku, istriku dan dua anak kami telah bangun pagi itu, sedikit bercanda membangkitkan tawa untuk si kaka’ dan dede’, istriku memain-mainkan lengan bajunya yg kepanjangan.

Dengan telapak tangan yg tak terlihat karena terbungkus lengan bajunya, istriku berkata padaku bahwa baju yg dipakainya dibeli dengan harga ’seribu’. Pada awalnya, aku menyangka kalau istriku bercanda menyebutkan harga baju itu, namun setelah dia memberi penjelasan padaku, dengan sedikit terharu akupun mempercayainya.
Subhanallah.

Tahun Dua Ribu Sebelas, disemua tempat harga sembako terus melonjak, namun percayakah ANDA bahwa masih ada orang2 yg memperdagangkan pakaian bekas (bahasa kerennya second) dengan harga ‘seribu perak’ saja perpotong.

Ditengah ‘krisis’ yg sedang kami alami, ternyata istriku bisa menghadapinya dengan bijak, meskipun dia tahu bahwa ‘pendapatanku’ tidak mencukupi untuk kami semua, sedikit-demi-sedikit dia bisa membantuku dengan usaha kecil-kecilan, lumayan untuk jajan kaka’ katanya.

Seingatku, jarang sekali aku membelikan baju2 untuk istri & anak2ku, dalam setahun mungkin cuma sekali atau dua kali, itupun hanya satu atau dua stel. Baju anak2ku hanya sekali saja kubeli dalam jumlah banyak, yaitu saat mendekati kelahiran mereka, selebihnya, banyak dari baju2 yg dipakai anak2ku merupakan ‘hibah’ dari orang lain.
Alhamdulillah.

Banyak juga istriku membeli bajunya yg seharga seribu perak itu, pantas saja tiap hari ku perhatikan, baju2nya selalu ganti, meskipun tak pernah ku merasa membelikannya. Dan semua masih layak pakai untuk ukuran ‘standar umum’.

Untuk sementara ini, keinginan kami tak pernah yg muluk2, cukup untuk bisa memenuhi kebutuhan makan kami, susu anak2 kami, bayar sewa rumah, memberi nafkah pada orangtua kami, dan sedikit tabungan untuk keadaan darurat nanti. Mudah-mudahan dalam satu atau dua tahun kedepan, aku dapat membelikan tiket ‘mudik’ untuk istriku, yg tentunya dikalikan empat org, kalau belum bertambah anggota (he…he…he…).
Allahuakbar.

Aku optimis dengan berputarnya dunia ini, kehidupan keluargaku pun Insya Allah akan bisa lebih baik dari saat ini. Aku masih sangat meyakini akan adanya pertolongan dari Allah, meskipun banyak dosa-dosaku yg telah kuperbuat.
Astaghfirullahaladzim… Astaghfirullahaladzim… Astaghfirullahaladzim…

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untukku dan kita semua….